Curva Nord 69 menjadi salah satu kelompok suporter yang paling
disegani di Italia. Bukan hanya dari tindakan anarkis mereka
dilapangan, tapi juga dari sisi positif. Sudah 40 tahun sejak 1969 mereka
mengabdikan dirinya guna menyemangati setiap Inter bertanding. Jelas
dengan usia setua itu,pengaruh mereka pun cukup kental. Bahkan, mantan
kapten AC Milan, Paolo Maldini pun sempat mengakui loyalitas pendukung
setia rivalnya itu. “Selama ini mereka memang kerap membuat kami
khawatir di lapangan, namun saya mengakui loyalitas mereka,” kata dia.
Curva Nord 69 bukan hanya didominasi satu kelompok tifosi saja. Inter
memiliki beberapa kelompok Ultras yang selalu setia mendampinginya
disetiap laga. Salah satunya Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre),
ada juga Ultras Inter, Viking Inter, Brianza Alcoolica, Irriducibili
dan beberapa kelompok minor lain. Mereka inilah yg selalu menyemangati I
Nerazzurri.
1. Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre)
Kelompok tertua d'Curva Nord 69, berdiri pada 1969,hanya selang stahun stelah Fossa dei Leoni prtama kali
muncul. Boys d'ambil dari nama anak nakal di sebuah komik bernama
serupa. di Era 80-an Boys S.A.N kian di takuti sebagai kelompok yang kerap
membuat ulah. Namun,sejak awal 90-an Boys S.A.N meminimalisir aksi
anarkis dan lebih fokus mengekspresikan fanatisme melalui berbagai
koreografi di stadion.
Sekadar info, Boys S.A.N terbentuk meneruskan ide pelatih Inter ketika
itu Helenio Herrera yang menginginkan terbentuknya sebuah kelompok
suporter yang terorganisir dengan rapi.
2. Ultras Inter (Forever Ultras)
D'Curva Nord, Ultras menjadi yang tertua ke Dua setelah Boys S.A.N. Mereka
berdiri sejak 1975 dengan nama "Forever Ultras" sebelum diganti pada 1995.
Pelopornya adalah dua pemuda bernama Luciano dan Curzio, yang pertama kali
memunculkan spanduk bertuliskan Forever Ultras di Curva Nord, tepat
berdampingan dengan Boys S.A.N. Sejak 1997, Ivan Renato menjadi
sutradara Ultras setelah meneruskan era kepemimpinan sebelumnya.
3. Viking Inter
Kelompok ketiga di Curva Nord ini terbentuk pd 1984. Viking juga di kenal
sbagai salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal
di Italia. Sayang, mereka kerap bersikap rasis. Kebetulan, Viking memang
berhubungan sangat dekat dgn Blood n Honour Varese (kelompok suporter
yang menolak anti rasisme di sepak bola). Viking pun menjadi sangat
menonjol di Curva Nord dengan indentitas bendera paling besar diantara
suporter Ultras Inter lainnya.
4. Brianza Alcoolica
Brianza Alcoolica (semangat Brianza) memang baru resmi didirikan pd
November 1985. Namun, berbagai spanduk bertuliskan nama kelompok mereka
sudah muncul beberapa tahun sebelumnya di Madrid,Spanyol. Dipelopori
oleh beberapa org yg merasa tedak cocok dengan segala kekerasan Curva Nord,
Brianza Alcoolica memisahkan diri dengan idealisme mereka untuk
menciptakan hiburan di stadion. Mungkin karena itu pula Brianza Alcoolica
menjadi kelompok dengan jumlah suporter paling sedikit diantara lima
lainnya.
5. Irridubicili
Irridubicili menjadi kelompok paling kontroversial di
antara Ultras Inter lainnya. Berdiri sejak 1988, kelompok ini juga
dikenal dengan nama "Skins" ini langsung membuat kericuhan dengan menyerang
setiap pendukung lawan yang datang ke Giuseppe Meazza. Ciri khas
Irridubicili adalah maskot seekor anjing hitam sebagai lambang
kejahatan atau keonaran bernama Muttley. Dengan slogan "Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori" yg berarti (Untuk menjadi yg terbaik, tidak cukup dgn bersikap baik), jadi tidak
heran jika Irridubicili kerap berbuat onar di stadion. Bahkan mereka
dengan terang-terangan mengaku setiap mendukung Inter, tak akan pernah
lepas dari minuman beralkohol.
6. Milano Nerazzurra
Kelompok ini memang lebih kecil dibanding Boys SAN atau lainnya.
Namun,mereka justru mampu tampil dengan warna-warna mencolok melalui
koreografinya di sisi kiri Curva Nord. Milano Nerazzurra juga mendapat
julukan "Potere Nerazzurro" atau Si Hitam Biru yang Kuat. Sejak berdiri
sekitar akhir 80-an, Milano Nerazzurri memang telah menyatakan
ketidak cocokannya dengan saudara tua mereka Boys SAN. Tak heran jika letak
kedua kelompok ini berjauhan, yang satu di sisi kiri dan yang satunya di
sisi kanan.
7. Boy Sez Roma
Meski Boy Sez Roma lahir dr sekelompok laki-laki yg berasal dari Kota
Roma, mereka justru merupakan pendukung fanatik Inter. Sejak awal berdiri
pada 1979 lalu, kelompok ini memang membatasi anggotanya di usia 18-30
tahun dan tentunya dengan satu tujuan mendukung Inter. Boy Sez Roma
mengambil posisi di sisi kanan Curva Nord dan berhubungan sangat dekat
dengan Boys S.A.N.
8. Curva Sud Meazza
Jika kita hanya mengetahui bahwa kelompok supporter Inter hanya menghuni Curva Nord (Tribun Utara) Giuseppe Mezza, anda salah. Curva Nord merupakan tempat para Ultras besar Inter dan beberapa kelompok kecil supporter Inter. Sedangkan Curva Sud merupakan tempat yang identik dengan rumah para ultras Milan.
Bagaimana bisa ada kelompok supporter Inter yang menghuni Curva Sud?
Semua di mulai pada tahun 2006 saat kelompok Ultras Milan FDL bubar. FDL (Fossa Dei Leoni) adalah kelompok Ultras Milan tertua yang bubar akibat melanggar peraturan Kelompok Ultras Italy. FDL melanggar aturan karena bekerja sama dengan polisi Italy yang akhirnya
dituntut bubar oleh semua kelompok ultras di seluruh Italy, Bubarnya FDL dimanfaatkan oleh beberapa kelompok supporter Inter yang "meminta ijin" kepada FDL untuk menghuni curva sud di Meazza. FDL yg masih memiliki pengaruh besar akhirnya memberikan akses penggunaan curva sud untuk beberapa kelompok kecil Interisti, Dan akhirnya Curva Sud resmi dihuni oleh kelompok Supporter Inter.
Kelompok ini memiliki peraturan tertulis dgn para Ultras Milan tentang penggunaan Curva Sud, Berbeda dengan CN yang banner para Ultras sudah memiliki tepat paten, di CS hanya dua kelompok Inter yang memiliki tempat paten. Mereka adalah kelompok Basso Vicentino dan Banda Bagaj. Sedangkan banner kelompok lain seperti Torino Nerazzurra, Ambrosiana, atau Quarto Oggiaro sering berpindah pindah. Tapi semua kelompok Interisti di Curva Sud menolak jika mereka disebut
Ultras Curva Sud Inter karena memiliki perjanjian dengan Ultras Milan.
Lalu bagaimana jika ada Derby Milano? Kemanakah para kelompok ini??
Saat derby Milano, mereka akan terpecah menjadi 2 bagian. Beberapa akan menghuni Curva Nord bagian bawah, Dan sebagian akan menempati tribun bagian kanan Inter (Foto ini merupakan tempat mereka dengan view Curva Nord). Kelompok Curva Sud Inter ini dipimpin oleh Banda Bagaj.
Lalu bagaimana awal kelompok Curva Sud Inter ini? Siapa penghuninya?
Penghuni awal Curva Sud Inter adalah para orang tua dan anak anak.
Bahkan para orang tua yang anaknya sementara "berjuang" di Curva Nord, Sehingga Curva Sud Inter ini biasa disebut Curva Della Famiglia atau Curva of Family.
9. Banda Bagaj
Banda Bagaj, merupakan salah satu pionner kelompok supporter Inter yang bermukim di Curva Sud Meazza, Banda Bagaj didirikan oleh kakak beradik Max dan Virgi pada 25 Mei 2006,
tepat setelah Curva Sud diberikan ijin ditempati oleh mereka. Seperti halnya Curva Sud Inter lainnya, Banda Bagaj diisi oleh para orang tua dan anak anak yang ingin mendukung Inter. Curva Sud Meazza yang identik dengan Ultras Milan berubah saat Inter bermain di Meazza oleh kelompok Banda Bagaj.
10. Skins Inter
Skins Inter adalah grup Ultras yang sangat "old school" dgn landasan 2 asas. Nazi dan Anarchy..!! Silahkan bayangkan. Tujuan mereka adalah menaklukkan semua Ultras di Italy, bahkan para kelompok Ultras Inter sendiri. Tapi setelah tekanan dari Ultras Italy & manajemen Inter (yang selalu
direpotkan dengan denda atas ulah mereka) pada tahun 1988 mereka bubar.
Mereka bahkan ditakuti krna "mengusai" stadion lawan tempat Inter bertandang. Posisi mereka di Curva Nord Inter pun digantikan oleh Irriducibili. Para mantan anggota Skins Inter pun membaur dengan para kelompok Ultras lain atau membentuk kelompok kecil lain.
Franco, The Leader of Curva Nord
Tidak ada yang tau siapa nama aslinya. Tapi mereka mengenal dia dengan
nama Franchino.!! Dialah yang "mengendalikan" para Ultras Inter. Franco pernah menghukum kelompok besar Ultras Irriducibilli dengan
mengambil banner mereka 8 jam sebelum Inter vs Lazio di Giuseppe Meazza.
Hasilnya, Kelompok Irriducibilli mensupport Inter tanpa banner mereka.
Franco layaknya "Tuhan" bagi Curva Nord. Banyak banner yang ditujukan seperti mensucikan Franco. Walaupun begitu, Franco sang leader sangat jarang terlihat di bangku Curva Nord. Ibaratkan seorang Mafia, Franco bahkan hanya 1 kali terlihat duduk di bangku Curva Nord.
Banner untuk Istri Franco yang berulang tahun: "Terima kasih telah melahirkan kami sebagai Interisti, selamat ulang tahun mama"
Persahabatan Curva Nord Inter dengan para kelompok Ultras di Italy dan Eropa
Curva Nord dan Laziale
Banner persahabatan dari Laziale untuk Interisti
Sebuah Catatan Panjang Sejarah dan Kejadian Dramatis
Stadio Giuseppe Meazza, San Siro, Milano, 23 April 2011. Menjelang laga
Inter vs Lazio di pekan-pekan terakhir yang krusial di Serie A musim
2011/2012. Lazio sedang bersaing keras dengan Udinese untuk mengamankan
tempat di UCL dan Inter sedang berjuang keras menghidupkan asa scudetto
yang hampir pasti diraih AC Milan. Ketika kedua tim memasuki lapangan,
dari salah satu bagian stadion puluhan flare warna biru langit
dinyalakan, disusul pekikan ribuan orang: “A Roma Ce Solo Lazio” atau
“Di Kota Roma Hanya Ada Lazio”. Kita yang hanya menyaksikan lewat
televisi tentu mengira itu adalah ulah suporter Lazio. Sebenarnya bukan,
flare dan teriakan itu justru dilakukan dari Curva Nord Stadio GM oleh
puluhan ribu Interisti yang tergabung dalam Boys SAN dan beberapa
kelompok ultras Inter lainnya. Baru setelah itu dari sisi Irriducibili
Lazio dinyalakan flare warna biru gelap (warna Inter) dan para Laziali
meneriakkan “Forza Inter Ale”. Itu adalah ritual selamat datang dari
Interisti untuk Laziali dan tanda persahabatan Laziali bagi Interisti.
Ritual itu sudah berusia lebih dari satu dekade sejak kedua kelompok
suporter ultras menjalin gamellaggio (twinning, persaudaraan). Di Stadio
Olimpico, ritual dilakukan sebaliknya. Irriducibili Lazio menyalakan
flare biru gelap disertai teriakan “Forza Inter Ale” dan dibalas oleh
Interisti dengan flare biru langit dan teriakan “A Roma Ce Solo Lazio.”
Mengapa kita bersahabat dengan Lazio? Karena sama-sama menempati Curva
Nord? Dan mengapa Lazio berseteru dengan AS Roma? Karena menghuni kota
yang sama? Itu memang salah satu alasan tetapi latar belakang
sesungguhnya adalah sebuah sejarah panjang dan kompleks, dimulai bahkan
dari saat awal eksistensi kedua klub itu.
Takdir Mulai Saat Kelahiran
SS Lazio dibentuk tahun 1900 oleh para politisi dan usahawan berhaluan
politik kanan dan anti-Yahudi serta berbasis pendukung kaum terpelajar
dan kalangan menengah-atas Roma. Kelompok berhaluan serupa juga lah yang
mendirikan Inter saat melepaskan diri dari AC Milan tahun 1908.
Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia
memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun
1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri
sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas
buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan).
Di kota Milan, Mussolini melakukan hal yang sama, dan Inter melakukan
penentangan yang sama sehingga sementara harus berganti nama menjadi
Ambrosiana Milano. Sejarah awal ini telah menyemai ikatan antara SS
Lazio dan Inter serta menempatkan AS Roma dan AC Milan pada pihak yang
berseberangan. Lokasi yang sama di Curva Nord (Lazio dan Inter) dan di
Curva Sud (AS Roma dan AC Milan) makin mempertajam perbedaan ini. Dan,
tentu saja, faktor lokasi di Kota yang sama menjadikan persaingan
Lazio-Roma menjadi semakin memanas. Lazio dan pendukungnya merasa
sebagai yang pertama di Roma, sedangkan AS Roma menganggap dirinya
satu-satunya klub yang menyandang nama kota.
Persaingan ini sedemikian panasnya, sehingga Derby della Capitale (SS
Lazio vs AS Roma) dinobatkan sebagai derbi paling panas di Italia bahkan
di Eropa, melebihi Derby della Madoninna (Inter vs Milan), Derby
Manchester (MU vs Manchester City) bahkan mengungguli El Classico
(Barcelona vs Madrid). Kalau Interisti dan Milanisti hanya panas di
dunia maya tetapi bersahabat di dunia nyata, Laziali dan Romanisti
berseteru dalam arti sebenarnya, di dunia maya maupun di dunia nyata.
Hampir tak pernah terjadi Derby della Capitale tanpa kerusuhan. Tercatat
beberapa nyawa melayang dan ratusan orang telah terluka karena derbi
ini. Derby della Capitale adalah “neraka” sepakbola Italia.
Gamellaggio Lazio - Inter
Persaudaraan ini terjadi sepanjang sejarah. Tak pernah ada catatan
insiden antara Laziali dan Interisti. Kesamaan aliran politik dan basis
pendukung membuat kedua kelompok suporter ini selalu rukun. Gamellaggio
secara formal terjadi saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup
tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria
Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua
suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu
tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang
makin menguat hingga hari ini.
Nasib Tragis Zaccheroni, 5 Mei 2002
Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir,
karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang
unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di
ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan
meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico,
dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta
Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio:
Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih
scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan
Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin.
Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini,
Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio,
Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri.
Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi
itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas
ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri.
Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare, 5 Desember 2007
Pada tanggal 11 November 2007, seorang DJ terkenal di kota Roma,
Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak
berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan
kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh
polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena
para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh
Interisti menyerang kantor polisi Milano menunjukkan solidaritasnya.
Untuk menghormati Sandri, Inter menunda pertandingan Inter vs Lazio di
Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November menjadi
tanggal 5 Desember 2007. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter
memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk
menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat
para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner
ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras
Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna
biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: “Gabriele Sandri,
Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami”.
Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio, Minggu, 2 Mei 2010
Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan
pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini
sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini
akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi
cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio
memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan
degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan
hanya terpaut 4 poin dari zona merah.
Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu
hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan
spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili
Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali
yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit
ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!" Spanduk ini disita
polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak
kalah mengerikan: "Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola
melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu." "Zarate, satu gol saja
kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires." Rupa-rupanya para
pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk
melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko
Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto.
Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak
memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico.
Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa.
Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak,
"Biarkan mereka lewat!" Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera,
bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa
dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan
cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak
pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion
bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, "Oh,
Noooo Roma!" dan, "Scudetto Game Over, Roma!"
Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain
gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat
Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70.
Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan
dengan sedih dan marah karena merasa “dihianati” Laziali. Presiden Roma,
Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose
Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang
seperti ini." Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat
terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa
terbaiknya.
Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas
AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar
degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden
ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio
memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan
pada Irriducibili Lazio sebagai "pemain ke 12". Tetapi karena kejadian
ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun
Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12
ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai
oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12
dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi
Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting.
Curva Nord dan La Viola
Pertemanan Curva Nord dan fan Fiorentina (La Viola) berawal dari tahun 80'an dan (sayangnya) berakhir tahun 85'. Berakhirnya hubungan ini karena ulang Skins Inter yang berselisih dengan para Viola Club Viesseux, ultras Fiorentina.
Banner Boys San dgn Banner Fiorentina di Firenze
Curva Nord dan Varese
Untuk yang satu ini, bahkan pertemanan CN69 Inter dgn mereka jauh melebihi pertemanan Inter dan Lazio, A.S Varese adalah klub asal Verona kelahiran tahun 1910 yang sekarang bermain di serie B. Hingga sampai saat ini, pertemanan itu sangat terasa walaupun berbeda kasta.
Curva Nord Inter dan fans Varese, dua ultras yang berbeda club berdampingan dalam satu tribun
Curva Nord dan Tito Boys Sampdoria
Tito Boys dan Doria merupakan Ultras dari Sampdoria, Boys San Inter dan Ultras Sampdoria lahir pada tahun yang sama yaitu 1969. Tertua setelah Granata Torino 1951 dan FDL Milan 1968.
Banner persahabatan dari Boys San Inter untuk Tito Boys Sampdoria
Setelah itu ada beberapa info Ultras yang pernah bersahabat dengan Curva Nord Inter antara lain Bologna, Piacenza (Ultras Piacenza hanya bersahabat dgn Skins Inter), Dan yang terakhir adalah hellas Verona, walau sekarang mereka sudah tidak begitu dekat seperti dulu lagi.
Banner Curva Nord untuk fans Bologna
Skins Inter dan Piacenza
Dan yang terakhir adalah hellas Verona.
Curva Nord dan Liverpudlian
17 Maret 2006, 2 hari sebelum Inter vs Lazio, 18 supporter Liverpool
datang ke Milan. Mereka diundang secara khusus para Ultras Inter, Banner dan kaos 'Thank you for Istanbul! Grazie Reds! 25/5/05' menyambut 18 Liverpundian ini di Bar favorit Ultras Inter. Itulah alasan undangan ultras Inter kepada Liverpundian ini. Dan mereka
pun saling bertukar souvenir, saling mengajari chant, dll.
Banner ini dibuat Curva Nord Inter sebagai dukungan terhadap keadilan bagi 96 keluarga supporter Liverpool
Di bar Liverpundian dan Interisti menonton kembali video final liga
champion Liverpool vs Milan yang anehnya puluhan Milanisti ikut menonton, penduduk yg ada di bar tersebut pun terkesan dengan situasi ini dimana
Liverpundian, Interisti dan Milanisti berada akrab dalam satu bar. Bahkan pada tengah malam, anggota Liverpundian menantang salah seorang fans Milan untuk adu sprint dengan taruhan uang taksi.
19 Maret 2006, Inter vs Lazio, 18 Liverpundian ini diberi kehormatan
untuk hadir menyaksikan pertandingan ini dan mereka ditempati di Curva Nord. Setelah pertandingan Ultras Inter mengantar mereka ke stasiun kereta
untuk kembali ke Inggris dan mereka berharap persahabatan ini berlanjut.
Liverpudlian diberi kehormatan menempati bahkan memasang banner di Curva Nord Inter berdampingan langsung dgn BoysSAN
11 Maret 2008, 2 hari setelah centenary Inter, Inter menjamu Liverpool di Meazza dan dihadiri oleh 800 Liverpundian, Mereka membawa souvenir foto Jerzy Dudek waktu menyelamatkan gawang
Liverpool saat final vs Milan dengan gambar ular melingkar di sisinya. Sedangkan saat di Liverpool, Ultras Inter memberikan kenang-kenanganan dengan graffiti "Grazie Reds" dengan corak warna biru hitam.
Banda Bagaj, Curva Nord Inter dan Liverpundlian yang tepat ada dibawah mereka
Itulah tentang persahabatn Interisti dan Liverpundlian. Liverpudlian,
sarete accolti in Meazza (Kalian akan selalu diterima di Meazza).
Curva Nord dan The Hammers
Di luar Italy, Inter dikenal sangat dekat dengan hooligans the Hammers, West Ham United. Kedekatan Ultras Inter dan West Ham sebenarnya dicomblangin oleh Ultras Lazio.
Flag Lazio di kandang West Ham United
Dan ini dia, saat beberapa fans West Ham saat bertandang ke markas fans Inter
Curva Nord dan Yomus Valencia
Saat Inter bertandang ke Serbia melawan Partizan, sahabat Curva Nord yaitu Yomus, Ultras Valencia turut bergabung