Jumat, 22 November 2013

Sejarah Ultras Inter

Curva Nord 69 menjadi salah satu kelompok suporter yang paling disegani di Italia. Bukan hanya dari tindakan anarkis mereka dilapangan, tapi juga dari sisi positif. Sudah 40 tahun sejak 1969 mereka mengabdikan dirinya guna menyemangati setiap Inter bertanding. Jelas dengan usia setua itu,pengaruh mereka pun cukup kental. Bahkan, mantan kapten AC Milan, Paolo Maldini pun sempat mengakui loyalitas pendukung setia rivalnya itu. “Selama ini mereka memang kerap membuat kami khawatir di lapangan, namun saya mengakui loyalitas mereka,” kata dia.
Curva Nord 69 bukan hanya didominasi satu kelompok tifosi saja. Inter memiliki beberapa kelompok Ultras yang selalu setia mendampinginya disetiap laga. Salah satunya Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre), ada juga Ultras Inter, Viking Inter, Brianza Alcoolica, Irriducibili dan beberapa kelompok minor lain. Mereka inilah yg selalu menyemangati I Nerazzurri.



1. Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurre) 


Kelompok tertua d'Curva Nord 69, berdiri pada 1969,hanya selang stahun stelah Fossa dei Leoni prtama kali muncul. Boys d'ambil dari nama anak nakal di sebuah komik bernama serupa. di Era 80-an Boys S.A.N kian di takuti sebagai kelompok yang kerap membuat ulah. Namun,sejak awal 90-an Boys S.A.N meminimalisir aksi anarkis dan lebih fokus mengekspresikan fanatisme melalui berbagai koreografi di stadion.

Sekadar info, Boys S.A.N terbentuk meneruskan ide pelatih Inter ketika itu Helenio Herrera yang menginginkan terbentuknya sebuah kelompok suporter yang terorganisir dengan rapi.

 


2. Ultras Inter (Forever Ultras)


D'Curva Nord, Ultras menjadi yang tertua ke Dua setelah Boys S.A.N. Mereka berdiri sejak 1975 dengan nama "Forever Ultras" sebelum diganti pada 1995. Pelopornya adalah dua pemuda bernama Luciano dan Curzio, yang pertama kali memunculkan spanduk bertuliskan Forever Ultras di Curva Nord, tepat berdampingan dengan Boys S.A.N. Sejak 1997, Ivan Renato menjadi sutradara Ultras setelah meneruskan era kepemimpinan sebelumnya.


3. Viking Inter


Kelompok ketiga di Curva Nord ini terbentuk pd 1984. Viking juga di kenal sbagai salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal di Italia. Sayang, mereka kerap bersikap rasis. Kebetulan, Viking memang berhubungan sangat dekat dgn Blood n Honour Varese (kelompok suporter yang menolak anti rasisme di sepak bola). Viking pun menjadi sangat menonjol di Curva Nord dengan indentitas bendera paling besar diantara suporter Ultras Inter lainnya.


4. Brianza Alcoolica


Brianza Alcoolica (semangat Brianza) memang baru resmi didirikan pd November 1985. Namun, berbagai spanduk bertuliskan nama kelompok mereka sudah muncul beberapa tahun sebelumnya di Madrid,Spanyol. Dipelopori oleh beberapa org yg merasa tedak cocok dengan segala kekerasan Curva Nord, Brianza Alcoolica memisahkan diri dengan idealisme mereka untuk menciptakan hiburan di stadion. Mungkin karena itu pula Brianza Alcoolica menjadi kelompok dengan jumlah suporter paling sedikit diantara lima lainnya.


5. Irridubicili


Irridubicili menjadi kelompok paling kontroversial di antara Ultras Inter lainnya. Berdiri sejak 1988, kelompok ini juga dikenal dengan nama "Skins" ini langsung membuat kericuhan dengan menyerang setiap pendukung lawan yang datang ke Giuseppe Meazza. Ciri khas Irridubicili adalah maskot seekor anjing hitam sebagai lambang kejahatan atau keonaran bernama Muttley. Dengan slogan "Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori" yg berarti (Untuk menjadi yg terbaik, tidak cukup dgn bersikap baik), jadi tidak heran jika Irridubicili kerap berbuat onar di stadion. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengaku setiap mendukung Inter, tak akan pernah lepas dari minuman beralkohol.


6. Milano Nerazzurra


Kelompok ini memang lebih kecil dibanding Boys SAN atau lainnya. Namun,mereka justru mampu tampil dengan warna-warna mencolok melalui koreografinya di sisi kiri Curva Nord. Milano Nerazzurra juga mendapat julukan "Potere Nerazzurro" atau Si Hitam Biru yang Kuat. Sejak berdiri sekitar akhir 80-an, Milano Nerazzurri memang telah menyatakan ketidak cocokannya dengan saudara tua mereka Boys SAN. Tak heran jika letak kedua kelompok ini berjauhan, yang satu di sisi kiri dan yang satunya di sisi kanan.



7. Boy Sez Roma


Meski Boy Sez Roma lahir dr sekelompok laki-laki yg berasal dari Kota Roma, mereka justru merupakan pendukung fanatik Inter. Sejak awal berdiri pada 1979 lalu, kelompok ini memang membatasi anggotanya di usia 18-30 tahun dan tentunya dengan satu tujuan mendukung Inter. Boy Sez Roma mengambil posisi di sisi kanan Curva Nord dan berhubungan sangat dekat dengan Boys S.A.N. 



8. Curva Sud Meazza


Jika kita hanya mengetahui bahwa kelompok supporter Inter hanya menghuni Curva Nord (Tribun Utara) Giuseppe Mezza, anda salah. Curva Nord merupakan tempat para Ultras besar Inter dan beberapa kelompok kecil supporter Inter. Sedangkan Curva Sud merupakan tempat yang identik dengan rumah para ultras Milan.

Bagaimana bisa ada kelompok supporter Inter yang menghuni Curva Sud? Semua di mulai pada tahun 2006 saat kelompok Ultras Milan FDL bubar. FDL (Fossa Dei Leoni) adalah kelompok Ultras Milan tertua yang bubar akibat melanggar peraturan Kelompok Ultras Italy. FDL melanggar aturan karena bekerja sama dengan polisi Italy yang akhirnya dituntut bubar oleh semua kelompok ultras di seluruh Italy, Bubarnya FDL dimanfaatkan oleh beberapa kelompok supporter Inter yang "meminta ijin" kepada FDL untuk menghuni curva sud di Meazza. FDL yg masih memiliki pengaruh besar akhirnya memberikan akses penggunaan curva sud untuk beberapa kelompok kecil Interisti, Dan akhirnya Curva Sud resmi dihuni oleh kelompok Supporter Inter. 

Kelompok ini memiliki peraturan tertulis dgn para Ultras Milan tentang penggunaan Curva Sud, Berbeda dengan CN yang banner para Ultras sudah memiliki tepat paten, di CS hanya dua kelompok Inter yang memiliki tempat paten. Mereka adalah kelompok Basso Vicentino dan Banda Bagaj. Sedangkan banner kelompok lain seperti Torino Nerazzurra, Ambrosiana, atau Quarto Oggiaro sering berpindah pindah. Tapi semua kelompok Interisti di Curva Sud menolak jika mereka disebut Ultras Curva Sud Inter karena memiliki perjanjian dengan Ultras Milan.

Lalu bagaimana jika ada Derby Milano? Kemanakah para kelompok ini?? 
Saat derby Milano, mereka akan terpecah menjadi 2 bagian. Beberapa akan menghuni Curva Nord bagian bawah, Dan sebagian akan menempati tribun bagian kanan Inter (Foto ini merupakan tempat mereka dengan view Curva Nord). Kelompok Curva Sud Inter ini dipimpin oleh Banda Bagaj.

Lalu bagaimana awal kelompok Curva Sud Inter ini? Siapa penghuninya?
Penghuni awal Curva Sud Inter adalah para orang tua dan anak anak. Bahkan para orang tua yang anaknya sementara "berjuang" di Curva Nord, Sehingga Curva Sud Inter ini biasa disebut Curva Della Famiglia atau Curva of Family. 



9. Banda Bagaj


Banda Bagaj, merupakan salah satu pionner kelompok supporter Inter yang bermukim di Curva Sud Meazza, Banda Bagaj didirikan oleh kakak beradik Max dan Virgi pada 25 Mei 2006, tepat setelah Curva Sud diberikan ijin ditempati oleh mereka. Seperti halnya Curva Sud Inter lainnya, Banda Bagaj diisi oleh para orang tua dan anak anak yang ingin mendukung Inter. Curva Sud Meazza yang identik dengan Ultras Milan berubah saat Inter bermain di Meazza oleh kelompok Banda Bagaj.



10. Skins Inter


Skins Inter adalah grup Ultras yang sangat "old school" dgn landasan 2 asas. Nazi dan Anarchy..!! Silahkan bayangkan. Tujuan mereka adalah menaklukkan semua Ultras di Italy, bahkan para kelompok Ultras Inter sendiri. Tapi setelah tekanan dari Ultras Italy & manajemen Inter (yang selalu direpotkan dengan denda atas ulah mereka) pada tahun 1988 mereka bubar.

Mereka bahkan ditakuti krna "mengusai" stadion lawan tempat Inter bertandang. Posisi mereka di Curva Nord Inter pun digantikan oleh Irriducibili. Para mantan anggota Skins Inter pun membaur dengan para kelompok Ultras lain atau membentuk kelompok kecil lain.



Franco, The Leader of Curva Nord

Tidak ada yang tau siapa nama aslinya. Tapi mereka mengenal dia dengan nama Franchino.!! Dialah yang "mengendalikan" para Ultras Inter. Franco pernah menghukum kelompok besar Ultras Irriducibilli dengan mengambil banner mereka 8 jam sebelum Inter vs Lazio di Giuseppe Meazza. 

 Hasilnya, Kelompok Irriducibilli mensupport Inter tanpa banner mereka.

Franco layaknya "Tuhan" bagi Curva Nord. Banyak banner yang ditujukan seperti mensucikan Franco. Walaupun begitu, Franco sang leader sangat jarang terlihat di bangku Curva Nord. Ibaratkan seorang Mafia, Franco bahkan hanya 1 kali terlihat duduk di bangku Curva Nord.

Banner untuk Istri Franco yang berulang tahun: "Terima kasih telah melahirkan kami sebagai Interisti, selamat ulang tahun mama"


 Persahabatan Curva Nord Inter dengan para kelompok Ultras di Italy dan Eropa

 

Curva Nord dan Laziale

 

Banner persahabatan dari Laziale untuk Interisti


Sebuah Catatan Panjang Sejarah dan Kejadian Dramatis

Stadio Giuseppe Meazza, San Siro, Milano, 23 April 2011. Menjelang laga Inter vs Lazio di pekan-pekan terakhir yang krusial di Serie A musim 2011/2012. Lazio sedang bersaing keras dengan Udinese untuk mengamankan tempat di UCL dan Inter sedang berjuang keras menghidupkan asa scudetto yang hampir pasti diraih AC Milan. Ketika kedua tim memasuki lapangan, dari salah satu bagian stadion puluhan flare warna biru langit dinyalakan, disusul pekikan ribuan orang: “A Roma Ce Solo Lazio” atau “Di Kota Roma Hanya Ada Lazio”. Kita yang hanya menyaksikan lewat televisi tentu mengira itu adalah ulah suporter Lazio. Sebenarnya bukan, flare dan teriakan itu justru dilakukan dari Curva Nord Stadio GM oleh puluhan ribu Interisti yang tergabung dalam Boys SAN dan beberapa kelompok ultras Inter lainnya. Baru setelah itu dari sisi Irriducibili Lazio dinyalakan flare warna biru gelap (warna Inter) dan para Laziali meneriakkan “Forza Inter Ale”. Itu adalah ritual selamat datang dari Interisti untuk Laziali dan tanda persahabatan Laziali bagi Interisti. Ritual itu sudah berusia lebih dari satu dekade sejak kedua kelompok suporter ultras menjalin gamellaggio (twinning, persaudaraan). Di Stadio Olimpico, ritual dilakukan sebaliknya. Irriducibili Lazio menyalakan flare biru gelap disertai teriakan “Forza Inter Ale” dan dibalas oleh Interisti dengan flare biru langit dan teriakan “A Roma Ce Solo Lazio.”

Mengapa kita bersahabat dengan Lazio? Karena sama-sama menempati Curva Nord? Dan mengapa Lazio berseteru dengan AS Roma? Karena menghuni kota yang sama? Itu memang salah satu alasan tetapi latar belakang sesungguhnya adalah sebuah sejarah panjang dan kompleks, dimulai bahkan dari saat awal eksistensi kedua klub itu. 


  
Takdir Mulai Saat Kelahiran 

SS Lazio dibentuk tahun 1900 oleh para politisi dan usahawan berhaluan politik kanan dan anti-Yahudi serta berbasis pendukung kaum terpelajar dan kalangan menengah-atas Roma. Kelompok berhaluan serupa juga lah yang mendirikan Inter saat melepaskan diri dari AC Milan tahun 1908.

Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun 1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan). Di kota Milan, Mussolini melakukan hal yang sama, dan Inter melakukan penentangan yang sama sehingga sementara harus berganti nama menjadi Ambrosiana Milano. Sejarah awal ini telah menyemai ikatan antara SS Lazio dan Inter serta menempatkan AS Roma dan AC Milan pada pihak yang berseberangan. Lokasi yang sama di Curva Nord (Lazio dan Inter) dan di Curva Sud (AS Roma dan AC Milan) makin mempertajam perbedaan ini. Dan, tentu saja, faktor lokasi di Kota yang sama menjadikan persaingan Lazio-Roma menjadi semakin memanas. Lazio dan pendukungnya merasa sebagai yang pertama di Roma, sedangkan AS Roma menganggap dirinya satu-satunya klub yang menyandang nama kota.

Persaingan ini sedemikian panasnya, sehingga Derby della Capitale (SS Lazio vs AS Roma) dinobatkan sebagai derbi paling panas di Italia bahkan di Eropa, melebihi Derby della Madoninna (Inter vs Milan), Derby Manchester (MU vs Manchester City) bahkan mengungguli El Classico (Barcelona vs Madrid). Kalau Interisti dan Milanisti hanya panas di dunia maya tetapi bersahabat di dunia nyata, Laziali dan Romanisti berseteru dalam arti sebenarnya, di dunia maya maupun di dunia nyata. Hampir tak pernah terjadi Derby della Capitale tanpa kerusuhan. Tercatat beberapa nyawa melayang dan ratusan orang telah terluka karena derbi ini. Derby della Capitale adalah “neraka” sepakbola Italia.



Gamellaggio Lazio - Inter

Persaudaraan ini terjadi sepanjang sejarah. Tak pernah ada catatan insiden antara Laziali dan Interisti. Kesamaan aliran politik dan basis pendukung membuat kedua kelompok suporter ini selalu rukun. Gamellaggio secara formal terjadi saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang makin menguat hingga hari ini. 


Nasib Tragis Zaccheroni, 5 Mei 2002

Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir, karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico, dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio: Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin. Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini, Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri. 


Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare, 5 Desember 2007

Pada tanggal 11 November 2007, seorang DJ terkenal di kota Roma, Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh Interisti menyerang kantor polisi Milano menunjukkan solidaritasnya. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda pertandingan Inter vs Lazio di Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November menjadi tanggal 5 Desember 2007. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: “Gabriele Sandri, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami”. 


Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio, Minggu, 2 Mei 2010

Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah.

Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!" Spanduk ini disita polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan: "Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu." "Zarate, satu gol saja kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires." Rupa-rupanya para pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto.

Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak, "Biarkan mereka lewat!" Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera, bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, "Oh, Noooo Roma!" dan, "Scudetto Game Over, Roma!"

Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan dengan sedih dan marah karena merasa “dihianati” Laziali. Presiden Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini." Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya.

Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan pada Irriducibili Lazio sebagai "pemain ke 12". Tetapi karena kejadian ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12 ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12 dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting. 



Curva Nord dan La Viola

Pertemanan Curva Nord dan fan Fiorentina (La Viola) berawal dari tahun 80'an dan (sayangnya) berakhir tahun 85'. Berakhirnya hubungan ini karena ulang Skins Inter yang berselisih dengan para Viola Club Viesseux, ultras Fiorentina.

 Banner Boys San dgn Banner Fiorentina di Firenze

 

Curva Nord dan Varese

Untuk yang satu ini, bahkan pertemanan CN69 Inter dgn mereka jauh melebihi pertemanan Inter dan Lazio, A.S Varese adalah klub asal Verona kelahiran tahun 1910 yang sekarang bermain di serie B. Hingga sampai saat ini, pertemanan itu sangat terasa walaupun berbeda kasta. 


Curva Nord Inter dan fans Varese, dua ultras yang berbeda club berdampingan dalam satu tribun



Curva Nord dan Tito Boys Sampdoria

Tito Boys dan Doria merupakan Ultras dari Sampdoria, Boys San Inter dan Ultras Sampdoria lahir pada tahun yang sama yaitu 1969. Tertua setelah Granata Torino 1951 dan FDL Milan 1968. 

 Banner persahabatan dari Boys San Inter untuk Tito Boys Sampdoria 

Setelah itu ada beberapa info Ultras yang pernah bersahabat dengan Curva Nord Inter antara lain Bologna, Piacenza (Ultras Piacenza hanya bersahabat dgn Skins Inter), Dan yang terakhir adalah hellas Verona, walau sekarang mereka sudah tidak begitu dekat seperti dulu lagi.

 Banner Curva Nord untuk fans Bologna


Skins Inter dan Piacenza


 Dan yang terakhir adalah hellas Verona.



Curva Nord dan Liverpudlian

17 Maret 2006, 2 hari sebelum Inter vs Lazio, 18 supporter Liverpool datang ke Milan. Mereka diundang secara khusus para Ultras Inter, Banner dan kaos 'Thank you for Istanbul! Grazie Reds! 25/5/05' menyambut 18 Liverpundian ini di Bar favorit Ultras Inter. Itulah alasan undangan ultras Inter kepada Liverpundian ini. Dan mereka pun saling bertukar souvenir, saling mengajari chant, dll. 

Banner ini dibuat Curva Nord Inter sebagai dukungan terhadap keadilan bagi 96 keluarga supporter Liverpool

 Di bar Liverpundian dan Interisti menonton kembali video final liga champion Liverpool vs Milan yang anehnya puluhan Milanisti ikut menonton, penduduk yg ada di bar tersebut pun terkesan dengan situasi ini dimana Liverpundian, Interisti dan Milanisti berada akrab dalam satu bar. Bahkan pada tengah malam, anggota Liverpundian menantang salah seorang fans Milan untuk adu sprint dengan taruhan uang taksi.

19 Maret 2006, Inter vs Lazio, 18 Liverpundian ini diberi kehormatan untuk hadir menyaksikan pertandingan ini dan mereka ditempati di Curva Nord. Setelah pertandingan Ultras Inter mengantar mereka ke stasiun kereta untuk kembali ke Inggris dan mereka berharap persahabatan ini berlanjut. 

 Liverpudlian diberi kehormatan menempati bahkan memasang banner di Curva Nord Inter berdampingan langsung dgn BoysSAN

11 Maret 2008, 2 hari setelah centenary Inter, Inter menjamu Liverpool di Meazza dan dihadiri oleh 800 Liverpundian, Mereka membawa souvenir foto Jerzy Dudek waktu menyelamatkan gawang Liverpool saat final vs Milan dengan gambar ular melingkar di sisinya. Sedangkan saat di Liverpool, Ultras Inter memberikan kenang-kenanganan dengan graffiti "Grazie Reds" dengan corak warna biru hitam. 

 Banda Bagaj, Curva Nord Inter dan Liverpundlian yang tepat ada dibawah mereka

Itulah tentang persahabatn Interisti dan Liverpundlian. Liverpudlian, sarete accolti in Meazza (Kalian akan selalu diterima di Meazza).


Curva Nord dan The Hammers


Di luar Italy, Inter dikenal sangat dekat dengan hooligans the Hammers, West Ham United. Kedekatan Ultras Inter dan West Ham sebenarnya dicomblangin oleh Ultras Lazio. 

Flag Lazio di kandang West Ham United

Dan ini dia, saat beberapa fans West Ham saat bertandang ke markas fans Inter


Curva Nord dan Yomus Valencia


 Saat Inter bertandang ke Serbia melawan Partizan, sahabat Curva Nord yaitu Yomus, Ultras Valencia turut bergabung 

 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

keren min...
mantaabbb!!

31 Januari 2014 pukul 04.55

Posting Komentar